Potret bahagia pernikahan nenek berusia 89 tahun dan kakek 64 tahun di Wonogiri, Jawa Tengah.IST) (Istimewa.)
Wonogiri kembali bikin geger jagat maya! Kali ini, bukan soal durian raksasa atau ayam bertelur emas, tapi tentang Ngatimin (64 tahun) yang dengan penuh percaya diri menikahi Satinem, seorang nenek berusia 89 tahun. Pernikahan mereka bukan cuma bikin haru, tapi juga bikin ngakak karena kesederhanaannya yang penuh kehangatan di Wonogiri, Jawa Tengah.
### **Awal Mula: Cinta Bersemi di Sawah**
Cerita cinta ini dimulai dengan cara yang super Indonesia: di sawah! Ngatimin, warga Kecamatan Eromoko, sering bekerja di ladang dekat rumah Satinem di Giritontro. Setiap hari, ia melihat Satinem, nenek enerjik yang tak kenal lelah menggendong rumput untuk kambing peliharaannya.
Awalnya, Ngatimin cuma kasihan. "Saben dinten deyak-deyek pados pakan, pikiran kula boten tekan (setiap hari cari rumput, hati saya terenyuh)," katanya. Tapi, lama-lama hatinya mulai luluh. Cinta Ngatimin mulai tumbuh, seperti padi di sawah tempat mereka bertemu.
### **Momen Lamaran: Modal Rp500 Ribu, Cincin, dan Niat Tulus**
Setelah dua tahun saling mengenal, Ngatimin memberanikan diri melamar Satinem. Mahar? Jangan bayangkan seperti di drama Korea dengan cincin berlian dan apartemen mewah. Ngatimin cukup membawa uang Rp500 ribu dan dua cincin emas seberat masing-masing dua gram. "Sederhana, yang penting sah!" begitu mungkin motto Ngatimin.
Pernikahan digelar di Kantor Urusan Agama (KUA) Giritontro pada 3 Desember 2024. Meski sederhana, momen ini penuh haru. Satinem bahkan harus meminjam uang dari tetangganya untuk memenuhi biaya pernikahan. Tapi buat Satinem, yang penting sudah ada teman di usia senja. "Raos kulo pun enten kanca (saya sudah ada teman)," katanya sambil tersenyum.
### **Resepsi Pernikahan: Tamunya Sampai 200 Orang!**
Pernikahan mereka tetap dirayakan dengan meriah. Rumah Satinem dihias tenda besar, dan sekitar 200 tamu hadir, termasuk rombongan 100 orang dari pihak Ngatimin. Hajatan ini diadakan dengan adat Jawa lengkap, termasuk memilih hari baik dan prosesi besanan. Ketua RW setempat, Pak Sito, mengatakan, "Yang inisiatif hajatan itu Mbah Satinem sendiri. Selama ini sering bantu tetangga yang punya hajat, sekarang gantian dirayakan."
Bahkan, warga sekitar sampai kagum melihat semangat Satinem. "Mbah Satinem itu juaranya *podo semangat urip*! Meski umur sudah kepala delapan, masih enerjik dan semangat nikah," celetuk salah satu tetangga.
### **Malam Pertama: Jagongan Romantis**
Beda dari bayangan kamu soal malam pertama, pasangan ini memilih jagongan alias ngobrol santai. Ngatimin, yang sudah menduda 25 tahun, akhirnya punya teman ngobrol di malam-malam sunyi. Satinem, yang sudah menjanda 45 tahun, kini merasa lebih tenang. "Kalau sakit malam-malam mboten enten tiang, makane nikah (kalau sakit nggak ada yang bantu, makanya saya menikah)," ujarnya.
### **Cinta Tak Kenal Usia: "Kalau Cinta Udah Melekat, Tai Kucing Pun Rasa Coklat"**
Kisah Ngatimin dan Satinem membuktikan kalau cinta nggak kenal usia, materi, atau penampilan. Cinta mereka sederhana, tapi dalam. Seperti pepatah legendaris, *"Kalau cinta sudah melekat, tai kucing pun rasa coklat,"* Ngatimin dan Satinem tidak peduli soal perbedaan umur atau kondisi hidup mereka.
Ngatimin bahkan mengaku tidak punya rencana khusus setelah menikah. Yang penting, mereka saling menemani di sisa usia. Satinem, yang selama ini hidup sebatang kara, kini merasa lebih bahagia karena ada teman hidup.
### **Reaksi Warganet: Campuran Haru dan Ngakak**
Video pernikahan mereka viral di media sosial, diunggah oleh akun @repostwonogiri di TikTok dan Instagram. Warganet ramai-ramai memberikan komentar:
- "Ini baru cinta sejati, beda 25 tahun nggak jadi masalah!"
- "Ngatimin, panutanku! Kalau dia bisa nikahin janda umur 89 tahun, aku yakin masih ada harapan buat aku."
- "Rp500 ribu buat mahar? Ini pasangan hemat anti inflasi!"
- "Selamat ya, Mbah Satinem! Malam pertama jagongan romantis, cinta yang bikin tenang."
Kisah Ngatimin dan Satinem bukan cuma soal cinta, tapi juga soal keberanian untuk memilih kebahagiaan di usia tua. Di tengah kehidupan sederhana, mereka berhasil membuktikan bahwa cinta bisa datang kapan saja, di mana saja, bahkan di sawah saat mencari rumput.
Sumber : Tribun
Editor :Vona Tarigan