INDOKOM NEWS | Pagi itu, suasana Pasar Delitua terasa lebih ramai dari biasanya. Di tengah hiruk-pikuk pedagang dan pembeli, H. Edy Rahmayadi bersama istrinya, Anita Lubis, tampak santai berjalan menyusuri pasar untuk belanja kebutuhan sehari-hari.
Kehadiran pasangan tersebut langsung menarik perhatian warga. "Pak Edy, Bu Anita! Apa kabar, Pak?" sapa seorang pedagang cabai dengan antusias. Dengan senyuman khasnya, Pak Edy membalas sambil bertanya soal harga cabai.
“Cabai lagi turun, Pak. Tapi manis rasanya kalau bapak yang beli,” celetuk si pedagang, disambut tawa mereka. Pak Edy pun dengan santai menimpali, “Manis, ya? Tapi jangan sampai harga jadi pahit.”
Tak hanya cabai, Pak Edy juga mampir ke lapak daging. Pedagang di sana langsung menyapa hangat. “Pak, ini daging sapi segar, cocok buat bapak. Kuat dan berisi, kayak bapak yang selalu penuh semangat,” ujarnya bercanda.
Pak Edy tertawa sambil melirik istrinya. “Hati saya sudah penuh sama yang di sini,” katanya sambil menunjuk Bu Anita, membuat para ibu-ibu di sekitar heboh.
Pak Edy dan Bu Anita terus menyapa para pedagang, membeli sayur, buah, dan keperluan lainnya. Di tengah kegiatan belanja itu, warga pasar memanfaatkan momen untuk berbincang.
Beberapa bahkan meminta Pak Edy untuk sering-sering datang karena kehadirannya membawa semangat. “Kami senang kalau bapak datang ke pasar. Jadi terasa akrab dan beda suasananya,” ujar seorang ibu penjual kangkung.
Kunjungan ini berlangsung santai tanpa formalitas. Setelah selesai belanja, Pak Edy dan istri kembali ke rumah mereka di kawasan Delitua. Namun, suasana pasar tetap riuh dengan cerita tentang kehangatan pasangan tersebut.
Bagi warga Pasar Delitua, kehadiran seorang tokoh yang bersikap rendah hati dan peduli dengan keseharian mereka menjadi penyemangat tersendiri. Meski hanya belanja kebutuhan harian, momen ini menciptakan kesan yang mendalam.**
(Red/Vona Tarigan)**